Jimly mengatakan bahwa hal ini adalah taktik tipu muslihat untuk menumbangkan lawan politiknya.
Dia menyebutkan bahwa masalah ijazah palsu telah sering muncul pada berbagai pemilihan umum sebelumnya.
Dia menyatakan bahwa insiden seperti ini seringkali berulang akibat ketidakefektifan tata kelola yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), badan pengawas pemilu tersebut.
"Maka, jumlah kasus ijazah palsu tersebut sangat besar, dan hal ini cukup umum dalam konteks Pilkada ataupun Pileg. Masih terdapat beberapa insiden seperti itu, mengingat masalah pada sistem administrasi ijazah yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun," ujarnya saat diquote dari kanal YouTube Refly Harun, Jumat (16/5/2025).
Jimly menyebut bahwa masalah ijazah palsu sering dimanfaatkan oleh sebagian orang sebagai senjata untuk menyingkirkan lawannya dalam persaingan politik. Menurut dia, ini merupakan metode yang paling sederhana dan dapat dijalankan dengan mudah.
Saat mendengar adanya isu tersebut (allegasi ijazah palsu Jokowi), hal itu digunakan sebagai metode untuk menggulingkan lawan politik.
"Bila kita tidak menyukai seseorang, kita mencari masalah dengan ijazah mereka," ujar Jimly.
Sementara, terkait kasus ijazah Jokowi, Jimly menilai sudah tidak hanya berkaitan dengan pokok perkara saja.
Tetapi kasus ini sudah meluas seperti politik hingga soal terpilihnya Gibran sebagai Wakil Presiden RI.
Jimly bahkan berpendapat bahwa kasus tersebut telah menjadikan keluarga Jokowi sebagai lawan dari masyarakat.
Meskipun demikian, lanjut dia, Jokowi justru akan mendapatkan lebih banyak dukungan berkaitan dengan kasus yang menghadirkannya itu.
"Pada sisi lain, semakin bertambahnya orang yang menjadi lawan, dan semakin meningkatnya emosi, maka akan semakin banyak timbul para pendukung," jelasnya.
Jimly juga menganggap bahwa masalah ijazah Jokowi bakal berkepanjangan seiring dengan adanya pembicaraan tentang pen impeachment terhadap Gibran sebagai Calon Waketres RI.
"Maka (perihal sertifikat Jokowi) hal ini berlanjut hingga tahun 2029," katanya.
Selanjutnya, Jimly menyatakan bahwa walaupun telah ada keputusan pengadilan tentang masalah ini yang menetapkan ijazah Jokowi sah, ia mencurigai kasus tersebut masih akan berlanjut.
Pasalnya, dia menganggap pihak yang menggugat tetap tidak merasa puas akan putusan tersebut.
"Apa pun hasilnya dari persidangan, pasti akan mengecewakan salah satu pihak yang kalah," ujarnya.
Pastikan Kasmudjo Menjadi Dosa Pembimbing Akademik Jokowi
Setelah gelar kehutanan Jokowi dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajahmada (UGM) menjadi polemik, saat ini peran pensiunan dosen Kasmudjo juga dipertanyakan.
Kasmudji pernah dikabarkan sebagai dosen pembimbing skripsi Jokowi selama masa studi dari tahun 1980 sampai 1985.
Akan tetapi, kemudian pernyataan tersebut dibetulkan, dengan menyebut Kasmudjo hanyalah pengawas akademik Jokowi.
Saat diwawancara sejumlah media seusai dikunjungi Jokowi di rumahnya, Sleman, Jogjakarta pada Selasa (14/5/2025) Kasmudjo juga membantah sebagai dosen pembimbing skripsi Jokowi.
Dia mengatakan bahwa pembimbing skripsinya untuk Joko Widodo adalah Prof Sumitro.
"Terkait dengan kelulusan, saya sungguh tak dapat berbicara banyak. Sebab, bukan saya yang menjadi pembimbing, jadi saya juga tidak tahu pasti. Semua proses serta sang pembimbing adalah Prof Sumitro, asisten beliaulah yang memberikan bantuan, sedangkan orang yang melakukan ujian pun memiliki perannya masing-masing," terangnya.
Ir. Kasmudjo menyatakan bahwa dia tidak pernah melihat ijazah Joko Widodo sebelumnya.
"Saya benar-benar tidak mengerti tentang hubungannya dengan ijazah, dan sampai sekarang saya belum pernah melihat bentuk dari ijazah tersebut. Jadi, saya bingung harus menceritakan apa," ungkapnya.
Ir. Kasmudjo menyebutkan bahwa Joko Widodo memulai studinya di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1980.
Joko Widodo setelah itu berhasil lulus di tahun 1985.
"Jadi begininya, orang tersebut memasuki universitas pada dekade '80 dan lulus di tahun 1985. Sedangkan saya baru tiba di sana pada tahun 1983 dan saat itu masih berada di kelas III B. Orang ini ingin lulus ketika saya ada di kelas III C. Dalam hal pengajaran oleh para dosen, mereka hanya bisa menjadi asisten atau pembantu kepada dosen yang lebih senior. Oleh karena itu, jika diminta untuk mengajar, ia tidak boleh melakukannya sendiri," terangnya.
Saat menjabat sebagai asisten dosen, Kasmudjo membantu sejumlah dosen lainnya karena tujuannya adalah untuk berlatih.
Kasmudjo mengatakan bahwa ketika Joko Widodo belajar di Fakultas Kehutanan UGM, dia masih bertugas sebagai asisten dosen.
"Bila selama Pak Jokowi belajar, hal tersebut dikarenakan saya menemani dan mengikutinya. Saya tidak diperbolehkan untuk menyusun atau memberikan materi sendiri," jelasnya.
Dikatakan Kasmudjo, saat mengajar di UGM, dirinya sudah menjadi golongan IIID atau IVA.
"Itu mungkin karena saya sebagai ketua lab yaitu yang berkaitan dengan non kayu dan mabel, saya mengajar di situ. Non kayu itu artinya produk-produk hutan yang selain dari kayu sama mabel," tuturnya.
Pada tahun 2014, Ir. Kasmudjo resmi memasuki masa purna tugas di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
Pengkauan Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta membenarkan bahwa Kasmudjo adalah dosen pembimbing akademik Jokowi.
"Iya benar (Ir. Kasmudjo pembimbing akademik Joko Widodo semasa kuliah)," ujar Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta kepada wartawan, Sabtu (17/05/2025).
Kasmudjo memulai tanggung jawabnya sebagai asisten ahli di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1977 menurut Sigit.
Saat menjabat sebagai asisten ahli, Kasmudjo mengajar dengan keterbatasan atau dalam pengawasan.
"Dengan batasan atau dibantu sejak tahun 1977. Pada saat itu beliau mendapatkan posisi sebagai asisten ahli," jelasnya.
Ahli muda senior Sigit adalah posisi awal dalam jejeran karir pengajar di institusi pendidikan tinggi.
"Ini adalah gelar pertama yang didapatkan oleh seorang dosen usai menjadi CPNS dan memenuhi kriteria," jelasnya.
Saat Joko Widodo belajar di Fakultas Kehutanan UGM, Kasmudjo bertindak sebagai pembimbing akademiknya.
Joko Widodo adalah salah seorang mahasiswanya yang dilatih oleh Kasmudjo.
"Bapak Kasmudjo (Pak Kas) memulai bimbingan akademis Bapak Jokowi, entah itu sejak awal perkuliahan atau di pertengahan proses belajar mengajar, hal ini masih perlu saya verifikasi kembali," jelasnya.
Sigit menjelaskan bahwa perihal keterlibatan Kasmudjo dalam penulisan skripsi mahasiswa hanyalah sebatas pembimbingan akademik. Dia menegaskannya dengan mengatakan, "Hanya berupa bantuan akademis saja."
Pengakuannya dari Kekasih Sehati Jokowi, Andi Pramaria
Temannya sekelas Jokowi, Andi Pramaria mengaku bahwa Kasmudjo merupakan dosen pembimbing akademik Jokowi.
Bila pak Kasmudjo, sebagai dosen pembimbing akademik, tetap tidak menjadi dosen pembimbing skripsinya.
Jika skripsinya Profesor Sumitro, demikian dilaporkan dalam siaran resmi iNews.
Menurut pengakuannya, pada waktu tersebut Kasmudjo mengajar mata kuliah terkait teknologi kayu dan ia masih bertindak sebagai asisten dosen.
"Saat mengajar tentu perlu bantuan. Di bidang hutan, terdapat sebuah tim dan Pak Kasmudjo masih berperan sebagai asisten dosen. Belum ada yang siap untuk melakukannya sendiri," jelasnya.
Andi Pramaria yang lulus bersama Jokowi pada 19 November 1985, saat ini menjabat sebagai pegawai widyaiswara di Kantor Balatkop UKM Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Andi juga sempat menempati posisi sebagai Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTB.
Seperti yang dikutip dalam siaran Kompas TV, Andi Pramaria menyatakan bahwa dirinya dan Jokowi berhasil diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada lewat program Sipenmaru pada tahun 1980.
Pada saat tersebut terdapat 90 peserta yang lulus, tetapi hanya 88 orang saja yang kemudian mendaftar kembali.
"Di antara 88 orang tersebut, termasuk diriku dan Pak Jokowi," ujarnya.
Andi mengklaim data penerimaan itu masih dia simpan.
"Data tentang penerimanya saat ini masih tersedia, dan saya memiliki salinannya," ujarnya.
Andi bersama Jokowi menghabiskan waktu lebih dari 5 tahun untuk menuntaskan pendidikannya di UGM.
Pada tanggal 19 November 1985, ia beserta 11 teman satu angkatannya, meliputi Jokowi, berhasil wisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Andi menegaskan bahwa gambar-gambar kelulusan yang sering terlihat di platform-media sosial merupakan hal yang nyata.
"Gambar-gambar yang tersebar tersebut memperlihatkan Bapak Jokowi di posisi keempat dari sebelah kiri. Sementara itu, saya berada di urutan kedua dari sisi kiri," tandasnya.
Posting Komentar