Gadis yang dipanggil Sydney Powell tersebut menghantam ibunya, Brenda Powell (50), menggunakan wajan besi dan menusukkan dirinya sebanyak 23 kali di dalam hunian keluarga mereka yang berada di Akron.
Sebagaimana dikutip dari Dailystar.co.ik pada hari Jumat (13/6/2025), Brenda Powell terkenal sebagai seorang profesional yang penuh dedikasi.
Dia sudah berkarir selama 28 tahun sebagai ahli penyakit anak di Rumah Sakit Anak Akron. Di luar kesuksesan profesinya, Brenda terkenal sebagai seorang ibu dan istri yang sangat peduli.
Pada saat peristiwa itu terjadi, dia sedang berupaya untuk mengetahui kebenaran tentang status akademik putranya setelah menerima informasi bahwa Sydney sudah dilarang menghadiri Universitas Mount Union sejak Desember 2019.
Sydney, mantan kapten tim sepak bola di sekolah menengah dan penerima beasiswa paruh waktu, memilih untuk tak menginformasikan kepada keluarga tentang kegagalannya pada tiga dari empat mata pelajaran serta diperintahkan untuk pergi dari penginapan kampusnya.
Ia menetap di sebuah hotel selama tiga bulan sambil menyembunyikan dirinya seolah-oleh masih menjadi seorang mahasiswa yang aktif.
Ragukan timbul saat sang ayah, Steven Powell, tak bisa memasuki sistem transaksi untuk membayar biaya pendidikan.
Ketika Brenda ingin memverifikasi detail tersebut dengan langsung menghubungi universitas, dua orang pekerja di kampus yang tengah bercakap-cakap lewat telpon tiba-tiba mendengar bunyi tabrakan keras serta teriakan sebelum komunikasinya diputuskan secara tak sengaja.
Sebuah orang yang menyatakan dirinya adalah Brenda pernah merespons panggilan kembali tetapi langsung memutus sambungan telphon tersebut.
Kepala kampus segera berkomunikasi dengan polisi terkait pengecekan keamanan.
Ketika tiba di tempat kejadian, polisi menemukan Sydney dalam keadaan kacau di area depan rumah tersebut.
Saat masuk, mereka menjumpai Brenda yang mengalami cedera serius pada bagian kepala dan lehernya. Meskipun dia langsung dibawa ke rumah sakit, upaya menyelamatkan hidupnya tetap gagal.
Hasil penyelidikan menunjukkan tidak adanya bukti tentang adanya pihak ketiga di lokasi kejadian.
Kesimpulan polisi adalah Sydney telah menghantam ibunya menggunakan wajan besi lalu menusuknya selama kurang lebih tiga setengah menit dalam satu serangan.
Dia kemudian memecahkan jendela rumahnya untuk menyamarkan kejadian seperti tindakan pencurian.
Sydney pertama kali dilepaskan dengan jaminan senilai 25.000 pound sterling dan menetap bersama neneknya sembari mendapatkan pengobatan untuk kondisi kejiwaannya.
Keluarga, termasuk sang ayah dan nenek, berharap agar perkara ini tak sampai dihadirkan di pengadilan. Mereka merasa bahwa Sydney sedang mengidap masalah kesehatan jiwa dan yang dia butuhkan adalah dukungan serta pertolongan, bukannya sanksi atau hukuman.
Akan tetapi, jaksa masih meneruskan tindakan hukumnya. Di bulan September tahun 2023, Pengadilan di Kabupaten Summit menyatakan Sydney Powell bersalah atas dua tuduhan pembunuhan, satu tuduhan serangan berat, serta satu tudahan merampas atau menghancurkan bukti.
Dia diputuskan menerima hukuman penjara selama hayatnya, dengan kesempatan untuk bebas bersyarat setelah 15 tahun.
Pada sidang tersebut, para pengacara bertindak menyebutkan bahwa Sydney pernah mengalami serangan psikosis karena stres berlebih setelah diberhentikan dari kampusnya, serta ia merahasiakan kondisinya ini dari orang tuanya.
Dia dinyatakan menderita skizofrenia. Akan tetapi, pakar yang dipekerjakan oleh tim penuntutan menjelaskan bahwa walaupun Powell memiliki masalah kesehatan jiwa, dia tetap berada dalam keadaan sadar dan tidak sedang dalam fase psikotis ketika perbuatan tersebut dilakukan.
Sydney Powell sedang mengumpulkan sumber daya untuk melakukan upaya banding terhadap putusan itu, dan dia mendapat dukungan dari keluarganya.
Posting Komentar