
Wartamoro.com - Pada senja yang seharusnya damai, suara pesawat tempur mengganggu langit Lebanon. Pesawat 'Israel' melemparkan bom ke wilayah selatan dan timur Lebanon, menyerang kota-kota yang telah menjadi saksi dari konflik berkepanjangan antara kedua negara. Suara ledakan terdengar mulai dari Mahmoudiyeh hingga Jezzine, dari Brital hingga Lembah Bekaa—memicu rasa takut lama yang belum sepenuhnya hilang.
Serangan udara yang besar terjadi pada hari Kamis, mencakup daerah pegunungan, perbatasan, serta wilayah yang padat penduduk.Lembaga berita nasional Lebanon, NNAmelaporkan bahwa serangan-serangan tersebut merupakan bentuk pelanggaran yang jelas terhadap gencatan senjata yang sebelumnya dijanjikan. Namun dalam kenyataannya di lapangan, kesepakatan tersebut tampaknya tidak lebih dari kertas yang tidak berdaya.
Hanya di distrik Jezzine, tercatat paling sedikit enam serangan—tiga berlangsung di kota Mahmoudiyeh dan Khardali, serta tiga lainnya di sekitar Jarmaq. Di sisi timur, gelombang serangan menargetkan wilayah Kheraybeh, Brital, dan dataran tinggi Shaara yang berbatasan langsung dengan kota Janta di Bekaa.
Lembah Bekaa: Dari perkebunan anggur hingga medan pertempuran
Dulunya, Lembah Bekaa dikenal sebagai pusat pertanian Lebanon, di mana tanaman anggur tumbuh dan angin membawa aroma tanah yang kaya. Namun pagi ini, bau mesiu menggantikan aromanya. Pesawat-pesawat Israel menyerang kota Nasiriyah dan wilayah Tallet al-Sunduq di distrik Zahle. Tanah subur kini hancur akibat ledakan.
Serangan tidak berhenti sampai di situ. Wilayah pinggiran Brital dan bukit-bukit Kheraybeh kembali menjadi sasaran, sehingga total serangan di daerah timur mencapai tujuh kali serangan. Selain dampak fisiknya, setiap ledakan juga menyampaikan pesan psikologis: bahwa langit Lebanon masih tidak aman, dan perang bisa datang kapan saja.
Sampai berita ini dirilis, belum ada pengumuman resmi mengenai jumlah korban jiwa maupun kerusakan fisik. Namun, rekaman yang diambil warga dan laporan dari lapangan menunjukkan kerusakan yang tersebar dan bisa bertambah parah jika eskalasi tidak segera dihentikan.
Retaknya janji gencatan senjata
Peningkatan ketegangan ini dikabarkan sebagai pelanggaran terberat terhadap gencatan senjata sejak perjanjian terakhir antara Israel dan Hizbullah. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Tel Aviv mengenai tujuan militer khusus, besarnya serangan dan target yang dituju menunjukkan keinginan untuk memperluas area tekanan.
Libanon, yang masih berjuang melawan krisis ekonomi dan permasalahan politik dalam negeri, kini kembali harus menghadapi ancaman perang yang mengintai dari langit. Dari selatan hingga timur, setiap ledakan tidak hanya merusak permukaan bumi, tetapi juga mengoyak ketenangan bersama penduduk yang terlalu sering menjadi korban konflik geopolitik regional.
Apakah ini hanya episode tambahan dalam siklus kekerasan, atau tanda awal dari konflik yang lebih besar? Jawabannya masih tersimpan di balik asap dan puing-puing.
Posting Komentar