wartamoro.com ,Jepara Sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Tengah ini memiliki banyak figur yang telah menyumbangkan dampak signifikan terhadap sejarah dan kebudayaan Indonesia. Tak hanya RA Kartini, masih ada beberapa individu lain yang layak untuk dicatat. Mereka merupakan sosok-sosok yang memegang peranan vital dalam beragam lini, lebih-lebih dalam aspek penciptaan serta perkembangan wilayah Jepara tersebut.
1. Ratu Shima
Diambil dari artikel yang ditampilkan di Kecapi.jepara.go.id, Ratu Shima Merupakan sang pemimpin dari Kerajaan Kalingga yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah pada masa 700-an M. Ratu Shima digambarkan sebagai individu yang berwibawa serta tegas dalam menjalankan kewajiban kerajaannya. Berdasarkan laporan historis, beliau mengasuh negerinya dengan bijaksana dan ketegasan, sehingga mendapatkan cinta kasih masyarakatnya.
Satu keputusan kontroversial lainnya yang menunjukkan kesetiaannya pada prinsip adalah saat dia menerapkan sanksi pemotongan tangan untuk para perampok, tanpa menghiraukan latar belakang sosial mereka, termasuk anggota keluarga bangsawan.
2. Pati Unus
Pati Unus adalah anak laki-laki dari Aryo Timur, seorang penguasa Jepara pada masa abad ke-15. Ia menjabat sebagai pemimpin setelah meninggalnya sang ayah mulai tahun 1507 hingga 1521 dengan tujuan membentuk Jepara jadi pusat perdagangan. Terkenal akan perlawanan keras terhadap dominasi Portugis di Malaka yang penting bagi jalur ekonomi Nusantara. Ketika Pati Unus meninggal dunia, ia diganti oleh kakak ipar nya yakni Fatahillah yang bertanggung jawab atas wilayah tersebut antara tahun 1521 sampai 1536.
3. Ratu Kalinyamat
Di samping Ratu Shima, terdapat juga Ratu Kalinyamat sebagai sosok penguasa kuat yang berkecukupan kurang lebih lima abad sebelum Kartini. Berdasarkan latar belakang cerita rakyat dan warisan budaya Jawa, dia merupakan anak perempuan dari Pangeran Trenggana serta cucu dari Raden Patah, sang Sultan Pertama Demak, yang kemudian menjabat sebagai Bupati di wilayah Jepara. Menggunakan nama aslinya yaitu Ratna Kencana, setelah kepergiahan suami-nya, Pangeran Hadiri, dia pun memegang kendali atas kerajaan Jepara.
Setelah kepergian suaminya, Ratu Kalinyamat terlibat dalam penyelesaian konflik internal di Kerajaan Demak. Dikutip dari buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berjudul Ratu Kalinyamat: Apakah Sejarah Atau Mitos? (2019), ketankutan serta keterampilannya mengatasi kondisi yang memprihatinkan menjadikannya pusat peranan dalam menenangkan perselisihan itu.
Semakin dikenal luas di seantero Jepara, hal ini mencerminkan kekuatan pengaruhnya dalam ranah politik dan kepemimpinan. Sebagaimana dikutip dari laman tersebut, Bapenda Jawa Tengah Pada era kekuasaan Ratu Kalinyamat dari tahun 1549 hingga 1579, kota Jepara mengalami pertumbuhan pesat dan berubah menjadi pusat perdagangan penting di Pulau Jawa, bertindak sebagai pelabuhan untuk ekspor-impor barang. Selain itu, tempat ini juga menjelma menjadi basis armada laut yang sudah mulai dibentuk sejak zaman Kesultanan Demak.
4. Sultan Hadlirin
Hadlirin adalah suami dari Ratu Kalinyammat dan menantunya Sultan Trengganu dari Kerajaan Demak. Dia memiliki peran signifikan dalam mengelola pemerintahan di Jepara hingga meninggal karena perseteruan politik, hal ini pada gilirannya membuatnya didorong untuk meletakkan takhtanya kepada sang istri.
Hadlirin Sultan merupakan salah satu figur penting dalam proses pembentukan awal tersebut. Kabupaten Jepara Beberapa laporan mencatat bahwa dia datang dari Kerajaan Aceh dan memiliki nama lahir Raden Toyib. Sultan Hadlirin pergi dari Aceh guna mengelakkan perseteruan saingan kekuasaan bersama adiknya, Raden Takyim. Petualangan yang dilaluinya meliputi beberapa lokasi seperti Mekah serta Champa, hingga pada akhirnya sampai di Jepara.
Posting Komentar