wartamoro.com, Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan tak senantiasa datang dari lingkungan yang tenang dan terlindungi. Dibalik pencapaian-pencapaian penting serta kemajuan-kemajuan teknologi, umumnya tersimpan cerita-cerita berisi tantangan dan keteguhan hati yang jarang disadari oleh masyarakat luas. Ada kalanya para ahli ini bukan saja menghabiskan waktu mereka antara pagi hingga larut malam untuk melakukan penyelidikan, melainkan juga rela mengorbankan keselamatannya sendiri guna meraih pemahaman lebih mendalam tentang kebenaran.
Review ini membahas tentang lima ilmuwan yang telah menyumbangkan nyawa mereka untuk sebuah projek. Meskipun tidak seluruhnya meninggal secara langsung karena projek tersebut, namun masing-masing dari mereka memperlihatkan keberanian ekstra, terlepas dari risiko merugikan kesejahteraan, keselamatan hingga nyawanya sendiri.
1. Marie Curie
Marie Curie merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam dunia sains sepanjang zaman. Dia mengabdikan diri untuk menyelidiki fenomena baru bernama radioaktivitas serta sukses menyingkap keberadaan dua elemen kunci yakni radium dan polonium. Di zamannya, masih sedikit orang yang sadar akan risiko dari paparan radiasi, di mana Marie Curie sendiri bekerja dengan senyawa-senyawa tersebut tanpa adanya alat pelindung yang memadai.
Sejak bertahun-tahun, dia terkena radiasi ketika berada di lab serta pada masa tugasnya selama Perang Dunia I, tempat ia menggunakan radium untuk tujuan kesehatan militer melalui pemeriksaan radiologis. Dampak dari paparan kontinu terhadap bahan-bahan radioaktif ini menyebabkannya menderita anemia aplastik, suatu penyakit serius yang merusak sumsum tulang.
2. Robert Bunsen
Robert Bunsen terkenal karena peralatan Laboratorium bernama Pembakar Bunsen, meski demikian, dibalik popularitas nama beliau tersbut, masih banyak orang yang tidak menyadari tentang risiko berbahayanya yang kurang diketahui. Menurut laporan ini, hal tersebut menjadi fakta tambahan. sciencehistory Pada tahun 1843, ketika sedang mengerjakan beberapa zat kimia, sebuah botol yang berisi cacodyl chloride tiba-tiba meletus di dekat wajahnya dan ia kehilangan penglihatan di matanya yang kanan secara irreversible.
Bukan hanya itu, dia juga terkena racun arsenik yang parah sebagai hasil dari eksperimen tersebut. Walaupun berhasil diselamatkan, cedera yang dialaminya mencerminkan tingkat bahaya yang harus dihadapinya saat melakukan penelitian. Akan tetapi, Bunsen tak berhenti walaupun sudah mengalamai penderitaan fisik; sebaliknya, dia melanjutkan kontribusinya yang signifikan pada temuan elemen-elemen baru.
3. Francis Bacon
Francis Bacon dianggap sebagai ayah dari metode sains modern dan dipengaruhi oleh pendekatan empirisnya dalam memperoleh pengetahuan. Di tahun 1626, dia menjalankan suatu percobaan guna mengevaluasi apakah pendinginan dapat digunakan sebagai cara melindungi daging agar tidak membujuk atau rusak.
Pada eksperimennya itu, dia menggunakan seekor ayam sudah mati yang diberi isi salju, ingin menunjukkan kesesuaian teorisinya. Tetapi selama proses ini, Bacon terkena hawa sejuk dan lembab yang sangat intensif sehingga menyebabkannya sakit. Dia pun terserang pilek hebat yang berubah menjadi pneumonia dan pada akhirnya meninggal dalam waktu beberapa hari setelah insiden tersebut.
4. John Stapp
John Stapp tidak hanya dikenal sebagai seorang peneliti, melainkan juga sebagai relawan dalam percobaan berbahaya yang mengevaluasi ambang batas ketahanan tubuh manusia. Dia bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat dan menjalankan serangkaian tes pengujuan akselerasi serta dekeslerasi intensif dengan memakai kendaraan bermotor rakitan roket tersebut.
Pada sebuah dari beberapa percobaan yang sangat dikenal, seperti dikutip oleh stapp, ia mengendarai Sonic Wind Dengan kelajuan mencapai 632 mph dan berhentinya dalam rentang waktu cuma 1,4 detik, hal itu menyebabkan pengalaman gayagravitasi sebesar hingga 40 G. Mengutip baylorline, Pengujian tersebut menghasilkan beragam cedera termasuk tulang rusuk yang patah, tulang ekor yang retak, gegar otak, serta luka-luka lainnya.
5. The Chernobyl Three
Sejumlah hari sesudah kejadian bencana nuklir permulaan tersebut. Chernobyl Pada tahun 1986, Alexei Ananeko, Valeri Bespalov, serta Boris Baranov dengan rela mengambil bagian dalam tindakan yang dipersepsikan seperti misi bunuh diri guna menyelamatkan nyawa jutaan orang. Mereka sengaja masuk ke area genangan air di bawah reaktor nuklir yang telah hancur untuk membuka katup manual sehingga bisa mencegah terjadinya ledakan uap berbahaya tersebut.
Akibat adanya kadar radiasi yang sangat tinggi di area itu, banyak orang meyakini bahwa mereka akan cepat meninggal dikarenakan sindrom radiasi akut. Akan tetapi, faktanya kedua individu bernama Ananenko dan Bespalov masih bertahan sampai laporan paling baru ini, sedangkan Baranov tutup usia pada tahun 2005 disebabkan oleh hal lainnya.
Pengetahuan tidak melulu tentang angka atau formula; ia juga berhubungan dengan kebrlian dan pengorbanan. Kehidupan para ahli yang rela menyerahkan jiwa mereka untuk sebuah penelitian mencerminkan bahwa kemajuan kadang hadir bersama dengan biaya tinggi, terkadang hingga nyawanya.
Posting Komentar