
wartamoro.com. Dimulai dari 2 Juni 2025, komposisi saham pada indeks Kehati akan berbeda. Minggu sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merilis informasi tentang pergantian penyusun ketiga indeks ESG yang dikembangkan bersama Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati). Daftar tersebut efektif hingga 28 November 2025 nanti.
Tiga indeks yang diurus oleh BEI bersama-sama dengan Yayasan Kehati terdiri dari Indeks SRI-Kehati, Indeks ESG Sector Leaders IDX KEHATI (ESGs-Kehati), serta ESG Quality 45 IDX KEHATI (ESGQ-Kehati).
Pengubahannya pada konten indeks tersebut dipercaya bakal berdampak terhadap performa dari saham-saham yang termasuk didalamnya. Head of Research Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menyebutkan bahwa modifikasi dalam penyusunan indeks ESG, termasuk di mana terdapat saham dengan kapitalisasi pasaran besar ( big cap ) maupun small cap tentu saja akan mempengaruhi kinerjanya di pasar saham. Walaupun faktor utamanya masih bergantung pada hasil operasional setiap perusahaan tersebut.
Bagi saham berkapital kecil, gabungan antara kinerja bisnis yang solid dengan pendekatan ESG dapat membuka kesempatan besar. alpha untuk investor yang agresif berdasarkan kinerja saham small cap cenderung gesit.
Menurut BEI, Indeks Sri-Kehati adalah indeks yang mencakup 25 saham dari perusahaan-perusahaan yang dianggap menunjukkan performa unggul dalam mendukung kegiatan berkelanjutan. Perusahaan tersebut juga harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan pengelolaan korporasi secara efektif, suatu konsep dikenal sebagai Investasi Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab (Sustainable and Responsible Investment/SRI).
Saham yang dimasukkan ke dalam Indeks Sri-Kehati selama periode tersebut adalah ASII, MTEL, dan PGEO. Sebaliknya, saham yang dikeluarkan mencakup JPFA, SCMA, serta TLKM. Hal ini menjadi kali pertama saham TLKM tidak termasuk dalam Indeks Sri-Kehati sejak indeks itu diluncurkan pada tahun 2009.
Saham Telkom jatuh ke bawah saat penyelidikan tentang tuduhan adanya pembayaran untuk proyek palsu yang melibati Telkom beserta sembilan perusahaan anaknya antara tahun 2016 sampai dengan 2019. Jumlah total kerjasama fiktif tersebut adalah sebesar Rp 431,7 miliar. Pihak Kejaksaan Agung Jakartaselanjutnya mengidentifikasi sepuluh individu sebagai tersangka pada perkara ini.
Saham-saham yang Terdaftar dan Dihapus dari Indeks KEHATI | ||
(Periode 2 Juni hingga 28 November 2025) | ||
Indeks | Saham Masuk | Saham Keluar |
Sri Kehati | ASII | JPFA |
MTEL | SCMA | |
PGEO | TLKM | |
ESGS-Kehati | CMRY | ASRI |
DMAS | BEST | |
ELPI | BMTR | |
ERAL | BUKA | |
LSIP | ERAA | |
MAPI | EXCL | |
MDKA | PNBN | |
MSTI | POWR | |
MTDL | SMDR | |
MYOR | TAPG | |
RALS | TLKM | |
TOTL | TOWR | |
ULTJ | ||
ESGQ-KEHATI | ARNA | BIRD |
CMRY | BJBR | |
DMAS | ELSA | |
DRMA | PNBN | |
LSIP | PRDA | |
MDKA | PWON | |
MYOR | SIMP | |
NISP | TAPG | |
ULTJ | TLKM | |
Sumber: BEI |
Indeks ESGS-Kehati mencakup saham-saham yang mendapatkan evaluasi performa ESG lebih tinggi dibandingkan rata-ratanya dalam sektor masing-masing dan juga menunjukkan likuiditas yang memadai.
Dari ESGS-Kehati, ada 13 saham yang masuk dan keluar. Saham yang masuk yaitu CMRY, DMAS, ELPI, ERAL, LSIP, MAPI, MDKA, MSTI, MTDL, MYOR, RALS, TOTL, dan ULTJ.
Ada dua belas saham yang tercatat, yakni: ASRI, BEST, BMTR, BUKA, ERAA, EXCL, PNBN, POWR, SMDR, TAPG, TLKM, dan TOWR.
Indeks ESGQ-Kehati mencakup 45 saham unggulan yang dipilih berdasarkan evaluasi performa ESG dan kesehatan finansial perusahaan, selain itu juga mempunyai tingkat likuiditas yang bagus. Beberapa saham yang termasuk dalam daftar tersebut diantaranya adalah ARNA, CMRY, DMAS, DRMA, LSIP, MDKA, MYOR, NISP, dan ULTJ.
Rekomendasi Saham ESG
Di sisi lain, meskipun emiten dinilai mempunyai kinerja positif dalam hal penerapan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), ini tidak menjamin bahwa saham mereka akan aman dari penjualan oleh para investor saat terjadi aktivitas jual tersebut. rebalancing .
"Masalah ESG semakin tren belakangan ini. Tetapi, masih bukan keutamaan bagi sebagian besar pemodal," ujarnya.
Menurut Wafi, saham ESG umumnya lebih terbuka dan jelas, yang pada gilirannya bisa meminimalkan risiko. governance Dan risiko non-keuangan lainnya. Akan tetapi, tidak ada jaminan terkait dengan risiko bisnisnya.
Saham-saham bertema lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) ini ideal bagi para investor dengan jangka waktu investasi yang lama, mencoba mengelakkan dampak negatif, serta berniat ikut memajukan ketersediaan sumber daya di masa depan.
Fluktuasi saham-saham bertema lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) pun terpengaruh oleh kondisi makroekonomi serta dinamika bisnis setiap perusahaan. Sektor yang berlainan dapat memiliki pemicu sentimen investasi tersendiri. Investor harus mempertimbangkan beberapa aspek seperti revitalisasi ekonomi, tingkat suku bunganya rendah, pertumbuhan konsumsi, serta peningkatan stabilitas pasar dagang internasional.
Menurut Wafi, sektor yang relatif ESG- friendly ada di consumer staples Dalam bidang konsumen serta kesehatan, ia menyarankan saham INDF dengan tujuan harga mencapai Rp 8.400, KLBF pada angka Rp 1.800, dan AMRT ditargetkan berada di level Rp 2.750.
Dalam bidang energi terbarukan, ADRO memiliki sasaran harga Rp 2.800, KEEN ditargetkan pada angka Rp 800, dan ARKO berada di posisi Rp 900. Sementara itu, dalam industri perbankan, Wafi menganggap saham BBRI cukup menjanjikan dengan proyeksi harga mencapai Rp 4.900.
Meski telah keluar dari Indeks Kehati, Wafi masih menilai TLKM memiliki kinerja yang baik di bidang telekomunikasi dan ia mengharapkan harga sahamnya mencapaiRp 3.200 per saham.
Posting Komentar