"Perlahan-lahan kita juga akan mengundang studio-studio dari berbagai negara," ujar Rano pada pidatonya.
Rano merasakan kebanggan atas semangat para peserta yang luar biasa. Mula-mula, pihak penyelenggara berharap sebanyak 40 grup partisipan, tetapi angkanya naik drastis hingga mencapai 68 kelompok.
"Persiapanannya hanya berlangsung kurang dari dua belas hari, namun hasilnya sangat memuaskan. Ini adalah ungkapan cintanya kami terhadap warisan budaya," jelas Rano.
Walau Hari Tanggalkan Rokoko internasional dirayakan setiap tanggal 29 April, IWDF 2025 baru diselenggarakan kemudian dikarenai beberapa kendala teknis. Akan tetapi, ini tidak menyurutkan antusiasme para kontestan yang tampil menawan di depan audiens.
Sebuah grup tarian asal negara jiran, Malaysia, juga ikut serta memeriahkan acara tersebut. Kedatangan mereka mendapat sambutan yang hangat dari penyelenggara dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Ketua Pelaksana IWDF 2025, Rosmala Sari Dewi, turut mengapresiasikan dukungan total yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI. Dia berharap agar IWDF dapat dipertahankan sebagai acara rutin di jadwal kebudayaan kota Jakarta.
"Harapan saya IWDF dapat tetap hadir setiap tahun untuk menjadi wadah perwujudan kreativitas generasi pribumi dalam dunia seni," kata Rosmala.
IWDF 2025 menunjukkan bahwa semangat untuk melestarikan warisan budaya masih sangat teguh meski menghadapi gelombang modernisasi yang kencang.
Posting Komentar