Para penduduk merasa kecewa karena kepala desa telah menjual 4 ton beras bantuan sosial tersebut. Dari penjualan itu, kepala desa yang bertanggung jawab seperti seorang lurah berhasil memperoleh laba sebesar Rp 36 juta.
Penduduk menjadi semakin marah saat salah seorang dari mereka terbunuh saat mengklaim haknya.
Pada kasus penyuapan beras Bansos tersebut, kepala kampung ternyata menyalurkannya kepada Sukardi sang pemilik Ponpes di kabupaten Tulangbawang, pada hari Senin (27/1/2025).
Karena tindakan yang dilakukan, rumah Sukardi dibakar oleh penduduk Sabtu (17/5/2025).
Para warga yang kesal pun mengarahkan api ke sepeda motornya dan bahkan kendaraan roda empatnya sampai terbakar.
"Rumah Kepala Desa dibakar dan sepeda motornya juga terbakar di depan SPBU. Menurut informasi dari penduduk lokal, mereka marah karena ada permasalahan dengan postingan media sosial mengenai ketidaksesuaian bantuan sosial desa Gunung Agung," jelas Ahmad yang dikutip dari Tribun Lampung.
Sebelum peristiwa kebakaran tersebut terjadi, masyarakat lokal telah mengunci Kantor Balai Kampung serta kantor kepala kampung Gunung Agung pada hari Senin (24/2/2025).
Mereka mendesak agar Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah mencopot Sukardi.
Hal itu lantaran ia ketahuan menjual beras bansos.
Warga setempat, Taufik menjelaskan, warga geram melihat ulah Sukardi yang disebutnya telah merampas hak orang miskin.
Ia juga mengaku kesal bantuan dari pemerintah pusat yang seharusnya untuk rakyat kecil justru dijadikan ladang bisnis oleh sang lurah.
"Total sudah 4 kali Kepala Kampung Gunung Agung menjual beras bansos."
"Terakhir dia terpergok menjual 4 ton beras kemasan 10 kilogram ke Tulangbawang," bebernya.
Sebagai bentuk kekesalan, warga pun menggelar aksi di Kantor Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan dilanjutkan dengan melakukan penyegelan Kantor Kepala Kampung Gunung Agung.
Pada saat bersamaan, Deki, seorang saksi mata yang memberikan kesaksian, menyatakan bahwa dirinya melihat beberapa ratus karung beras Bansos dengan bobot perkarung 10 kilogram dimuat ke dalam truk pada hari Senin (27/1/2025).
Dia lalu menyusul truk yang memuat beras bantuan tersebut. Di situ dia mendapati, bahwa beras dukungan pemerintah itu justru dijual kembali.
"Saya mengerti bahwa Kantor Balai Kampung sebenarnya digunakan sebagai gudang untuk beras Bansos, tetapi saya heran kenapa dibagikan pada pukul 7 malam tanpa ada pengumuman," katanya, Rabu (29/1/2025).
Berdasarkan pengakuannya sendiri kepada Deki, sang pembeli mengatakan bahwa beras tersebut dibeli dari Kepala Kampung dengan harga Rp90 ribu untuk setiap kemasan.
"Bantuan beras di kampung kita memang seringkali mengalami masalah, ini adalah keempat kalinya bantuan beras untuk penduduk kurang mampu di wilayah kita hilang tanpa jejak," tegasnya.
Di luar penyimpangan bantuan sosial, masih ada faktor lain yang mendorong warga untuk berani membakar rumah Sukardi.
Kepala Kepolisian Resor Lampung Tengah, AKBP Alsyahendra menyebutkan bahwa penjarahan dan pembumihangusan rumah oleh sekelompok orang adalah konsekuensi dari pertikaian mematikan yang berlangsung di Pasar Bandar Agung.
Duel itu melibatkan kerabat Sukardi berinisial AGS (41), yang kini telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.
Sekarang ini adalah hasil dari pertikaian antara AGS sebagai keluarga dekat Sukardi dengan SRY.
"Insiden tersebut mengakibatkan kematian SRY, kemudian masyarakat menjadi terhasut dan terjadilah tindakan pengrusuhan berupa pembakaran," jelasnya.
Pertarungan tersebut terjadi ketika SRY menemani istrinya berbelanja di Pasar.
Kira-kira jam 09.00 WIB, si korban berjumpa dengan sang pelaku dan timbul pertengkaran lisan di pasar tersebut.
Debatt tersebut mengakibatkan serangan dengan pisau yang dilancarkan oleh AGS terhadap SRY.
"Atas aksi tersebut, Tekab 308 Polres Lampung Tengah sudah mengamankan AGS selaku terduga pelaku penikaman."
"Lalu terjadi kebakaran yang merupakan konsekuensi dari pertarungan sengit itu, kita tengah menginvestigasi untuk menentukan pelaku di balik tindakan tersebut," jelasnya.
Sementara itu, keluarga SRY meminta aparat penegak hukum tegas dalam menangani kasus.
Hal itu disampaikan Usman, kakak ipar dari SRY, saat jajaran Polres Lampung Tengah datang ke rumah duka pasca insiden penikaman dan aksi pembakaran rumah milik Kepala Kampung setempat, Sabtu (18/5/2025).
Usman mengatakan, dia selaku perwakilan keluarga meminta kepolisian untuk menangani kasus tersebut dan dituntaskan secara adil.
Saya sebagai perwakilan dari keluarga besar berharap agar Bapak (Kepolisian Resor Lampung Tengah) dapat melakukan tindakanlanjuti dengan cepat dan tegas.
"Karena saya khawatir akan ada hal-hal yang lebih besar daripada ini di kemudian hari, semoga tidak terjadi," ungkap Usman menyampaikan harapan keluarga tersebut.
Karena itu, menurut Usman, keluarganya percaya bahwa serangan menusuk yang dialami SRY ketika mengantar istrinya ke pasar berkaitan dengan Kepala Kampung Gunung Agung Sukardi.
Ternyata, Usman menyebutkan bahwa SRY kerap memposting hal-hal di platform-media sosial yang berisi keluhan tentang janji bantuan sosial yang belum juga terealisasi. Hal tersebut menjadi permasalahan serta pertanyaan besar bagi warga lokal dari awal tahun 2025 sampai dengan hari ini.
Pernyataan itu pun mendapat dukungan dari warga sekitar yang berpendapat bahwa SRY saat ini tengah membela kepentingan kelompok tidak mampu yang meminta agar bantuan sosial dari pemerintah bisa disalurkan secara efektif.
"Saudara kandungku berjuang untuk keadilan dan melindungi hak-hak warga. Bukan demi kepentingan pribadi dirinya," ujar Usman.
Karenanya, Usman mengharapkan agar polisi melanjutkan penyelidikan tersebut.
Tindakan yang diminta oleh Usman dan keluarga korban harus diterapkan tanpa diskriminasi. Oleh karena itu, penerapan hukum perlu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada.
"Sangat disesalkan, beberapa petugas (Pemerintah Kabupaten) yang berkaitan dengan Kepala Kampung Gunung Agung tidak cukup tegas. Akibatnya, proses menjadi berbelit-belit hingga menyebabkan korban jiwa," jelasnya demikian.
Posting Komentar