
Buat Shedeur Sanders, urusan nomor punggung sekarang bukanlah prioritas utama. Meski ia harus rela mengenakan nomor 12—bukan nomor 2 yang biasa ia kenakan—quarterback rookie Cleveland Browns ini lebih sibuk mempelajari playbook dan membungkam para peragu yang sempat meremehkannya setelah dirinya terjatuh ke ronde kelima NFL Draft.
“Aku nggak kepikiran mau beli nomor punggung. Bonus tandatanganku juga nggak terlalu gede sekarang,” canda Sanders di sesi media menjelang latihan rookie minicamp, Sabtu lalu.

Dia memilih nomor 12 bukan tanpa alasan. Katanya, itu satu-satunya pilihan yang masih bagus. Lagipula, itu nomor yang dipakai Tom Brady—legenda NFL yang menang tujuh Super Bowl bersama Patriots dan Buccaneers. Sanders bahkan mengaku Brady sempat mengirim pesan padanya setelah draft, menyemangati agar ia memakai pengalaman terpilih di urutan ke-144 itu sebagai bahan bakar semangat. (Brady sendiri dulu di-draft di urutan ke-199, jadi dia tahu rasanya diremehkan.)
“Ada banyak orang yang percaya dan mendukung aku, keluargaku juga ada buatku. Aku bersyukur banget punya pondasi sekuat itu,” ujar Sanders.

Memang, ada yang bilang posisi rendahnya di draft mungkin ada kaitannya dengan komentar sang ayah, Deion Sanders, legenda NFL sekaligus pelatihnya dulu di kampus. Tapi Shedeur tahu, sekarang semuanya tergantung usahanya sendiri.
“Sekarang setiap down itu penting. Aku yang harus bangkit tiap kali dijatuhin. Lemparanku yang harus bikin touchdown. Hari demi hari, ini hidupku di lapangan,” ujarnya. “Di fasilitas ini, kami beruntung punya pelatih-pelatih keren yang bantu aku tetap fokus dan jalan di jalur yang benar.”
Tentang komentar miring yang sering ia terima, Shedeur mengaku banyak berasal dari orang-orang yang lebih tua, bukan generasi seumurannya.
“99% kebencian itu karena aku anak dari Deion Sanders. Mereka seolah nggak bisa pisahin aku dari ayahku,” ujarnya jujur. “Biasanya yang benci itu yang lebih tua. Anak-anak muda justru biasa aja. Kalau ketemu langsung juga nggak pernah ada energi negatif. Tapi ya, di dunia maya, itu cerita lain.”

Di minicamp ini, Sanders dan quarterback rookie lainnya, Dillon Gabriel (pilihan ronde tiga), dapat banyak kesempatan latihan bareng. Selain menyesuaikan diri dengan playbook, mereka juga mulai terbiasa main dari posisi quarterback tradisional di bawah center.
Karena para pemain veteran belum ikut sesi 11-on-11, pelatih kepala Kevin Stefanski menyusun latihan khusus buat para rookie biar mereka dapat jam terbang dan bisa dinilai langsung.
Gabriel pun menganggap persaingannya dengan Sanders sebagai peluang belajar, bukan rivalitas negatif. “Aku nikmati ini apa adanya. Kita berdua bisa saling belajar banyak. Tapi, sekarang ruang quarterback belum penuh. Nanti bakal ada nama-nama besar seperti Kenny Pickett, Joe Flacco, bahkan Deshaun Watson. Kita semua bakal dapat ilmu dari mereka,” ujarnya.
Para rookie akan mulai bergabung dengan pemain veteran mulai Senin, meskipun belum langsung turun ke lapangan karena intensitas latihan masih ditingkatkan bertahap. Stefanski juga memberi isyarat akan menambah satu-dua wide receiver ke roster 90 pemain, mengingat banyaknya persaingan di posisi quarterback.
Meski Deshaun Watson diperkirakan absen semusim penuh karena cedera Achilles di kedua kakinya, Stefanski menyebut Watson sudah lepas dari sepatu khusus, tetap menjalani rehab, dan hadir dalam sesi meeting bareng Pickett dan Flacco.
"Transfer ilmu itu nggak bisa instan kayak install aplikasi," kata Stefanski. "Ini proses yang makan waktu, dan akan ada banyak diskusi. Pasti ada kesalahan, baik secara fisik maupun mental, dan itu bagian dari pembelajaran lewat coaching.”
Bagi Sanders sendiri, fokus utamanya dalam beberapa bulan ke depan adalah membentuk kebiasaan positif dalam keseharian.
“Aku pilih satu hal yang mau aku kuasai, lalu aku kejar itu dengan sepenuh hati,” katanya. “Aku bersyukur banget dapat kesempatan ini. Keadaanku bisa jauh lebih buruk. Tapi sekarang aku ada di sini, tersenyum di depan kalian semua, di fasilitas ini.”
Posting Komentar