
wartamoro.com, Pendirian teguh SJ alias Wanda menyembunyikan kejahatannya membuat polisi gagal temukan Siska atau Cika dan Adek yang jadi korban pembunuhan Wanda.
Kisah tragis hilangnya Siska Oktavia sejak 13 Januari 2024, kini menemukan babak akhir yang mengerikan, kerangka jasadnya bersama Adek Gustiana telah bersemayam dalam kubur sunyi.
Di tengah saga nestapa ini, nama Satria Juanda (25) atau SJ alias Wanda kini menjadi pusat perhatian, terukir dalam lembar kelam sebagai sosok di balik tirai kekejian.
Alfi Syukri, juru bicara keadilan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, mengurai benang merah peristiwa yang mendahului terkuaknya kebenaran.
Ia menuturkan, informasi yang diterima langsung dari Kanit Reskrim Polsek Batang Anai menyebutkan bahwa rumah Wanda di Batang Anai sempat digeledah.
"Demi menyingkap keberadaan Siska, aparat penegak hukum telah menyusuri setiap sudut rumah sang terduga," tutur Alfi pada Sabtu (21/6/2025) kepada TribunPadang.com.
Namun, kala itu, harapan menemukan Siska masih jauh dari jangkauan.
Sebuah ironi, sebab penggeledahan bahkan meluas hingga ke pekarangan, menjejak sekitar dapur dan sumur tua tempat jasad Siska kelak ditemukan bersarang.
Namun, tak secuil pun petunjuk hadir, seolah bumi enggan membuka rahasianya terlalu dini.
Kecurigaan terhadap Wanda memang telah mengakar, sebab dialah bayangan terakhir yang membersamai Siska sebelum ia lenyap ditelan malam.
Namun, tanpa bukti yang cukup kuat, Wanda bak burung yang dilepas, kembali bebas.
"Ia sempat dicurigai, namun ketiadaan bukti kuat kala itu memaksakan pelepasan dirinya," imbuh Alfi, mengenang kembali saat pihaknya berinvestigasi dan mengkonfirmasi langsung kepada Kanit Reskrim.
Lebih dari tiga kali Wanda berhadapan dengan interogasi polisi, bahkan konon diwarnai dengan desakan keras untuk mengakui perbuatannya.
Namun, bak batu karang, ia tetap teguh dalam penyangkalan, mematri kisah yang sama kepada polisi maupun kepada LBH Padang: tak tahu menahu soal keberadaan Siska.
Pemeriksaan pun berlanjut, dari Polsek Batang Anai, bergeser ke Polsek Koto Tangah, hingga akhirnya menggapai Polres Padang Pariaman.
Beberapa lokasi, termasuk sekitar Jembatan Layang, turut menjadi saksi bisu pencarian yang berakhir nihil.
Sepanjang rentetan pemeriksaan itu, tiada sebutir pun bukti yang mengikat Wanda pada benang pembunuhan Siska, Adek Gustiana, apalagi Septia Adinda.
Tak hanya aparat, naluri keluarga korban pun tak tinggal diam. Randa Yulianda (29), kakak sepupu Siska, dengan suara bergetar mengisahkan bagaimana keluarga telah mencium gelagat tak beres dari SJ (inisial lain dari Wanda).
Lima hari setelah Siska raib, keluarga mendatangi kediaman SJ, yang ironisnya kelak diketahui menjadi kuburan bagi Siska.
"Pukul dua dini hari, lima hari setelah Siska hilang, kami menyerbu rumah SJ," kenang Randa, menceritakan penggeledahan yang ditempuh bersama SJ dan para tokoh masyarakat.
Kecurigaan itu bersemi dari bisikan "orang pintar" yang menyebut Siska disembunyikan oleh sang kekasih di rumahnya.
"Kata orang pintar itu, 'Temui pacarnya Siska, di rumahnya.' Dari sanalah kami melangkah ke rumah SJ di tengah pekat malam," papar Randa.
Namun, mata yang mencari hanya berujung hampa. Kamar dan sudut-sudut rumah tak menunjukkan jejak Siska.
Pencarian itu terhalang oleh pemandangan pilu: ibu pelaku yang tak henti-hentinya menumpahkan air mata.
Tangis itu bak dinding tak kasat mata, menghalangi keluarga untuk menggeledah lebih leluasa, terlebih suasana dini hari yang penuh keprihatinan.
"Sang pelaku begitu piawai bersandiwara. Raut wajahnya dapat berubah, seolah-olah tak ada noda dosa. Bahkan saat kami hendak menggeledah, ia begitu bersemangat, 'Cepatlah, Bang, biar saya tunjukkan rumah saya itu!'," Randa menirukan ucapan SJ.
Bahkan, sang pelaku sempat menunjuk dapur dan sumur tua—tempat jasad Siska kini bersemayam—seolah tanpa beban.
Namun, tangis sang ibu dan kekhawatiran mengganggu warga, membuat mereka urung memeriksanya lebih jauh.
Kini, tabir telah tersingkap. Sandiwara telah usai. Di balik raut polos dan tangisan yang menipu, terkuaklah fakta mengerikan tentang kekejian yang tersembunyi.
Dilansir dari TribunPadang, Kuasa hukum keluarga korban Siska Oktavia, Alfi Syukri dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, mengungkapkan bahwa pihak kepolisian sempat menggeledah rumah Satria Juanda (25) alias Wanda di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), terkait kasus hilangnya Siska pada 12 Januari 2024 lalu.
Alfi mengatakan, informasi tersebut diperoleh langsung dari Kanit Reskrim Polsek Batang Anai.
Menurutnya, penggeledahan dilakukan guna mencari tahu keberadaan korban, namun saat itu Polisi belum berhasil menemukan Siska.
“Untuk mencari keberadaan korban, pihak kepolisian sempat melakukan penggeledahan. Tidak hanya memeriksa di kantor Polisi, mereka juga mendatangi rumah pelaku. Itu berdasarkan keterangan dari Polisi yang kami dapatkan. Namun, saat itu korban belum ditemukan,” ujar Alfi Syukri kepada TribunPadang.com, Sabtu (21/6/2025).
Menurut Alfi, penggeledahan juga dilakukan di sekitar lokasi tempat ditemukannya kerangka jasad Siska dan Adek Gustiana.
“Selain di dalam rumah, penggeledahan juga dilakukan di sekitar dapur, dekat sumur tempat jasad Siska dikubur. Tapi saat itu belum ditemukan tanda-tanda keberadaan korban,” jelasnya.
Penggeledahan tersebut dilakukan karena Wanda sempat dicurigai sebagai pihak yang terlibat dalam hilangnya Siska.
Belakangan, ia pun terbukti menjadi pelaku pembunuhan terhadap Siska dan dua temannya.
Alfi menyebut, kecurigaan terhadap Wanda muncul karena ia merupakan orang terakhir yang diketahui bersama Siska sebelum korban dinyatakan hilang.
Namun, karena belum adanya bukti yang cukup, Wanda sempat dibebaskan oleh pihak kepolisian.
“Saat kami melakukan investigasi, kami langsung mengkonfirmasi ke Polsek Batang Anai, tepatnya ke Kanit Reskrim. Beliau menyampaikan bahwa sempat ada kecurigaan terhadap Wanda. Tapi karena belum ada bukti kuat, dia dilepaskan,” ungkap Alfi.
Lebih lanjut, Alfi mengungkapkan bahwa Wanda sudah diperiksa sebanyak tiga kali oleh Kanit Reskrim Polsek Batang Anai terkait hilangnya Siska.
Bahkan, dalam proses pemeriksaan tersebut, Wanda sempat mengalami tindak kekerasan agar mengakui perbuatannya. Namun, ia tetap bersikukuh tidak mengetahui keberadaan korban.
“Wanda ini sudah lebih dari tiga kali dimintai keterangan. Bahkan sempat mengalami kekerasan agar mengaku. Tapi dia tetap tidak mengaku. Keterangan yang disampaikan ke Polisi juga sama dengan yang ia sampaikan ke kami, tidak berubah,” tambahnya.
Polisi juga sempat membawa Wanda ke beberapa lokasi yang diduga menjadi tempat hilangnya Siska. Salah satunya di sekitar Jembatan Layang, namun hasilnya tetap nihil.
“Pemeriksaan tidak hanya di kantor polisi. Ia juga dibawa ke beberapa lokasi, termasuk jembatan layang. Tapi tetap tidak ada pengakuan. Jawabannya selalu sama, tidak tahu keberadaan Siska,” katanya.
Alfi juga menyebutkan, selama proses penyelidikan, Wanda telah diperiksa oleh beberapa unit kepolisian, mulai dari Polsek Batang Anai, Polsek Koto Tangah, hingga Polres Padang Pariaman.
Namun, dalam seluruh proses pemeriksaan tersebut, polisi tidak menemukan satu pun bukti yang mengaitkan Wanda dengan kasus pembunuhan terhadap Siska Oktavia, Adek Gustiana, dan Septia Adinda.
“Dia sudah sangat sering diperiksa. Tapi sampai saat itu, belum ada satu pun barang bukti yang mengarahkannya sebagai pelaku,” pungkas Alfi.
Keluarga Siska Juga mengeledah rumah Wanda.
Keluarga Siska Oktavia mengaku sempat mencurigai SJ, pelaku pembunuhan berantai, sebagai dalang di balik hilangnya Siska pada 12 Januari 2024 lalu.
Hal ini disampaikan oleh kakak sepupu korban, Randa Yulianda (29), saat ditemui di rumah duka pada Kamis (19/6/2025) sore.
Menurut Randa, lima hari setelah Siska dinyatakan hilang, pihak keluarga sudah melakukan penggeledahan di rumah SJ yang belakangan diketahui menjadi tempat korban dikuburkan.
“Lima hari setelah Siska hilang, kami melakukan penggeledahan ke rumah SJ. Saat itu kami membawa SJ dan beberapa tokoh masyarakat setempat. Namun, saat digeledah, kami tidak menemukan keberadaan Siska,” ujar Randa kepada TribunPadang.com.
Kecurigaan keluarga terhadap SJ bermula dari hasil pencarian informasi melalui orang pintar (dukun).
Dari penuturan orang pintar tersebut, Siska disebut-sebut disembunyikan oleh pelaku di rumahnya.
“Orang pintar itu bilang, ‘Temui pacarnya, Siska, di rumahnya.’ Dari situlah kami datangi rumah SJ pada tengah malam. Waktu itu memang kami sudah curiga.
Tapi saat kami geledah kamarnya dan beberapa sudut rumah, Siska tidak ditemukan,” jelas Randa.
Meski sudah curiga, keluarga tidak bisa leluasa melakukan penggeledahan karena saat itu ibu pelaku terus menangis saat mereka datang.
“Saat itu ibunya menangis terus. Kami juga jadi tidak enak, karena penggeledahan dilakukan sekitar pukul 02.00 WIB dini hari,” tambahnya.
Randa menyebut kecurigaan keluarga menghilang karena SJ pandai bersandiwara dan mampu mengelabui orang-orang di sekitarnya.
“Pelaku ini pandai bersandiwara. Raut wajahnya bisa berubah, seolah-olah bukan dia pelakunya. Bahkan waktu kami mau geledah rumahnya, dia sangat semangat dan bilang, ‘cepatlah, bang, pergi sama saya. Biar saya yang tunjukkan rumah saya itu’,” kata Randa menirukan ucapan SJ.
Randa juga mengungkapkan, saat penggeledahan, SJ sempat menunjukkan lokasi dapur dan sumur tua di rumah tersebut tempat jasad Siska belakangan diketahui dikuburkan.
“Dia sempat bilang, ‘Itu dapur, dan itu ada sumur tua.’ Tapi kami tidak memeriksanya lebih jauh karena ibunya terus menangis. Kami khawatir warga merasa tidak nyaman, karena saat itu ibunya juga sedang beristirahat,” tutupnya.
Posting Komentar