
Terjadi keributan antara para demonstran dan petugas pengamanan dalam pertemuan iklim.COP30, pada Selasa (11/11) malam, saat sekelompok masyarakat adat dan non-adat mendatangi pusat konferensi di Belém, Brasil.
Sejumlah besar pria dan wanita, beberapa di antaranya memakai hiasan kepala berwarna cerah, berlari melewati pintu masuk. Mereka mendorong pintu hingga lepas dari engselnya, lalu melewati mesin deteksi logam dan masuk ke Zona Biru.
Petugas keamanan PBB segera menghentikan mereka, menyebabkan terjadinya dorongan, pukulan, dan teriakan. Berdasarkan laporanThe Guardianseorang pria non-adat di wilayah tersebut memegang spanduk dengan tulisan "Hutan kami tidak untuk dijual". Yang lainnya memakai kaos bertuliskan “Juntos” (Bersama).
Mereka mengibarkan bendera dan bersorak hingga akhirnya dikeluarkan secara paksa. Seorang perwakilan iklim PBB menyatakan dua petugas keamanan mengalami cedera ringan, serta terjadi kerusakan kecil di lokasi tersebut.
Setelah terjadi konfrontasi, para demonstran meninggalkan tempat kejadian dan petugas pemadam kebakaran berpakaian seragam membentuk barisan untuk menghalangi akses masuk.
Masih tidak diketahui siapa yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun setidaknya satu analis merasa terkesan. "Akhirnya, sesuatu terjadi di sini," ujar Juan Carlos Monterrey-Gómez, seorang negosiator iklim asal Panama kepadaThe Guardian.
Agustin Ocaña, dari Konsorsium Pemuda Global, menyampaikan kepadaAssociated Pressbahwa beberapa orang yang masuk berteriak, "Mereka tidak bisa memutuskan untuk kami, tanpa kami." Pernyataan tersebut mengacu pada ketegangan terkait partisipasi masyarakat adat dalam konferensi tersebut.
Saat petugas keamanan dan para demonstran terlibat bentrok, Ocaña mengungkapkan bahwa ia melihat para demonstran dan petugas saling menyerang menggunakan tempat sampah plastik kecil yang digunakan untuk menyimpan barang-barang di dekat pintu masuk yang aman. Seorang petugas keamanan terluka akibat dipukul di kepala.
Ocaña menyebutkan bahwa beberapa komunitas adat kecewa melihat dana dialokasikan untuk membangun "kota baru" di Belém. Padahal, pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, dan perlindungan hutan di wilayah lain justru lebih dibutuhkan.
"Mereka melakukan ini bukan karena mereka jahat. Mereka merasa putus asa, berusaha menjaga tanah mereka, sungai (Amazon)," katanya.
Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa menyampaikan bahwa personel keamananBrasildan PBB telah mengambil langkah-langkah perlindungan untuk memastikan keamanan lokasi, mematuhi seluruh protokol keamanan yang ditetapkan, serta melakukan penyelidikan terhadap kejadian tersebut. "Lokasi sudah sepenuhnya dikunci dan negosiasi dengan polisi masih berlangsung," ujar juru bicara PBB.
Brasil Mendorong Partisipasi Masyarakat Sipil
Berbeda dengan tiga COP sebelumnya, yang diadakan di negara-negara dengan tingkat pemerintahan otoriter yang beragam, tuan rumah Brasil secara aktif mendorong partisipasi masyarakat sipil dan aksi demonstrasi jalanan dalam konferensi ini.
Komunitas adat dan organisasi masyarakat sipil (LSM) telah terlihat baik di dalam maupun di luar lokasi, berperan dalam menyeimbangkan kekuatan kelompok lobi yang mendominasi pertemuan iklim terbaru. Sebuah "Pertemuan Rakyat" (People Summit) akan diselenggarakan pada hari Kamis (13/11) dan Jumat (14/11). Aksi protes global oleh pemuda akan dilaksanakan pada hari Jumat (14/11), dengan demonstrasi terbesar direncanakan pada hari Sabtu (15/11).
Jumlah aktivis meningkat dalam seminggu terakhir dan telah menyelenggarakan hingga empat kegiatan sehari, yang semuanya berjalan dengan damai sampai saat ini. Pada Selasa (11/11), terjadi demonstrasi oleh kelompok feminis, pendukung pro-Palestina, serta organisasi kesehatan dan lingkungan.
Lebih banyak aktivis akan tiba melalui armada yang diperkirakan terdiri dari sekitar 100 kapal, dipimpin oleh dua tokoh masyarakat adat hutan hujan Amazon yang paling dihormati, Raoni Metuktire dan Davi Kopenawa Yanomami.
Posting Komentar