Cara Yogyakarta Kurangi Jumlah Perokok Muda

Cara Yogyakarta Kurangi Jumlah Perokok Muda

wartamoro.com ,  Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), presentase orang dewasa berusia 15 tahun ke atas yang merokok di Yogyakarta pada tahun 2024 adalah sebesar 25,18 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani menyebutkan bahwa di tahun 2023, dari total 5.862 siswa berusia antara 10 hingga 18 tahun yang diteliti, terdapat 640 individu atau sebesar 9,6% yang diketahui sebagai perokok aktif.

Pada tahun lalu, dari total 2.999 peserta survei, proporsinya berkurang menjadi 249 orang atau sekitar 7,9%. Walaupun terdapat perkembangan yang menggembirakan, hasil ini masih belum memenuhi sasaran yang telah ditetapkan, yakni 7,3%.

"Peningkatan ini layak untuk didukung, namun masih kurang memadai. Kami bertujuan agar jumlah perokok pemula bisa dikurangi menjadi sekitar 7,3 persen pada tahun 2025," ujar Emma ketika menghadiri acara diskusi tentang buku yang berjudul "Giant Pack of Lies 2: Kebohongan Besar Industri Rokok" di Yogyakarta, Sabtu (26/4/2025).

Emma menyebut masalah merokok di Kota Yogyakarta perlu ditangani dengan penuh kepedulian.

Menurutnya, Dinkes Kota Jogja sudah menerapkan beberapa langkah guna mengurangi tingkat prevalansi perokok, khususnya di antara pemuda dan balita.

Satu caranya adalah dengan mendirikan klinik konseling untuk berhenti merokok.

"Terdapat 18 fasilitas kesehatan di Kota Yogyakarta yang menawarkan program penghentian kebiasaan merokok secara gratis," ujarnya, Sabtu (26/4).

Di samping itu, mereka juga meningkatkan penyuluhan tentang bahayanya merokok di lingkungan sekolahan.

"Anak-anak harus memperoleh data akurat mengenai risiko dari rokok. Kami bertujuan agar dengan metode yang lebih dekat ke mereka, statistik tersebut bisa semakin menurun," jelasnya.

Emma menyatakan bahwa agar proses penurunannya lebih cepat, beberapa tindakan sudah diambil.

Dinas Kesehatan berencana untuk menyarankan bahwa perokok sebaiknya dilarang menerima subsidi premi BPJS untuk kelompok 3 yang biasanya dibayar oleh pemerintah daerah.

Profesor dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yayi Suryo Prabandari mengomentari tentang pemaparan iklan rokok tersebut.

"Saya mengungkapkan bahwa penilitian yang dilakukan membuktikan adanya keterkaitan erat antara promosi tembakau dengan kebiasaan merokok pada kelompok usia muda," ujarnya.

Menurut Yayi, situasi itu sungguh memprihatinkan. Ia mendoakan agar pemerintah tampil dengan kebijaksanaan yang kuat untuk mencegah paparan iklan rokok kepada anak-anak melalui platform-media sosial. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama