
wartamoro.com Terungkap kronologi kasus mutilasi di Padang Pariaman. Sebelum hilang dimutilasi, korban, Septia Adinda alias Dinda, mendapat panggilan telepon yang mengubah nasibnya menjadi tragedi mengerikan.
Septia Adinda atau akrab disapa Dinda (23) ditemukan sudah tidak bernyawa di aliran Sungai Batang Anai, Padang Pariaman, Sumatra Barat, pada Selasa (17/6/2025). Mirisnya, jenazah korban ditemukan dalam kondisi tidak utuh.
Dinda diketahui menghilang sejak hari Minggu (15/6/2025). Seharusnya pagi itu Dinda pergi bersama ibunya, Wenni, ke Pariaman. Namun sebelum pergi, ia sempat menerima panggilan telepon dari seseorang.
Kronologi kasus mutilasi di Padang Pariaman bermula dari kepergian Dinda usai menerima telepon tersebut. Melalui telepon, seseorang yang diduga dari temannya itu, mengajak Dinda untuk bertemu tak jauh dari rumah.
Seolah biasa, Dinda pamit pergi sebentar dengan sepeda motornya. Ia pun mengatakan kepada ibunya untuk berganti pakaian dulu karena sudah berjanji menemaninya pergi ke Pariaman.
" Pakailah baju ama lu, awak sabantanyo (Pakai saja pakaian mama dulu, saya pergi sebentar)," ucap Dinda, kepada ibunya, Wenni, Minggu (15/6/2025).
Namun sejak itu, Dinda tak kembali selamanya. Itulah percakapan terakhir Dinda dengan sang ibunda.
Sampai larut malam, gadis itu tak kunjung kembali hingga membuat keluarga cemas. Berkali-kali keluarga mencoba menghubungi Dinda namun tak mendapat jawaban. Terakhir sinyal handphone Dinda mati sejak pukul 22.00 WIB.
Ayah Dinda pun berusaha mendatangi rumah teman-teman Dinda, mencari keberadaan sang putri. Namun pencarian itu tak membuahkan hasil.
"Sejak mengetahui itu, saya langsung mendatangi sejumlah rumah teman Dinda, namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan," kata Dasrizal, ayah Dinda, dikutip dari Tribun Padang, Minggu (22/6/2025).
Hingga dua hari berlalu, keluarga Dinda terus melakukan pencarian sembari menenangkan diri. Mereka berharap ada kabar baik yang datang karena gadis 23 tahun itu dikenal sebagai anak yang mandiri.
Namun penantian itu berakhir menjadi tragedi yang paling menakutkan. Berita penemuan potongan mayat manusia pada Selasa (17/6/2025) mulai menghantui keluarga Dinda.
Benar saja, pada Rabu (18/6/2025), polisi mendatangi rumah keluarga Dinda, menjemput mereka ke RS Bhayangkara. Hasil identifikasi jenazah pun menunjukkan bahwa potongan tubuh tersebut adalah milik Dinda.
"Di sana saya langsung yakin itu adalah anak saya. Melihat kumpulan potongan anggota tubuh tersebut," ucap Dasrizal dengan suara tercekat.
Bak disambar petir di siang bolong, hati keluarga Dinda hancur seketika mengetahui kebenaran itu. Ibunda Wenni menangis pilu menerima kenyataan pahit kehilangan putri semata wayang dalam kondisi paling mengerikan.
Ia pun mendapatkan pendampingan psikologis dari Polda Sumbar untuk menguatkan hatinya. Wenni masih tak percaya dengan kepergian putrinya seperti pemberitaan di media.
"Dinda itu anak yang baik, periang, dan mandiri. Belum bisa rasanya saya melihat kepergian anak saya seperti pemberitaan di TV selama ini," ungkap Wenni dengan suara bergetar sambil menangis.
"Abangnya bilang, kalau anak yang terlalu disayang itu cepat pula diambil Tuhan," lanjut Wenni dengan lirih.
Kronologi Pembunuhan dan Mutilasi di Padang Pariaman
Polisi telah berhasil menangkap pelaku pembunuhan dan mutilasi Dinda, yakni pria berinisial SJ (25) di Batang Anai, Padang Pariaman, Kamis (19/6/2025). Polisi pun mengungkap kronologi pembunuhan oleh pelaku SJ.
Pada Minggu (15/6/2025), SJ mengaku membunuh Septia Adinda atau Dinda dengan cara membekap mulutnya. Korban dibekap hingga tewas lalu dibawa ke sebuah kebun.
Di kebun itu, tubuh Dinda dimutilasi oleh pelaku. SJ memotong-motong tubuh korban menjadi 10 bagian menggunakan parang.
SJ kemudian membuang potongan tubuh korban di sepanjang aliran Sungai Batang Anai. Dua hari setelah itu, Selasa (17/6/2025), potongan tubuh korban ditemukan di tiga titik yang berbeda dengan lokasi yang saling berdekatan.
Polisi juga telah mengamankan sejumlah barang bukti berupa parang, kendaraan, serta baju yang dipakai pelaku saat mengeksekusi korban. Terkait motif, pelaku mengaku membunuh Dinda karena alasan utang Rp3,5 juta.
"Dari masalah utang itu, pelaku melakukan pembunuhan dengan menyekap korban," ungkap Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, Kamis (19/6/2025).
Sementara itu pihak keluarga korban sendiri membantah dugaan motif tersebut. Menurut ayah korban, Dasrizal, putrinya tidak mungkin terlibat dalam masalah utang piutang dengan pelaku lantaran Dinda merupakan anak yang mandiri dan selalu berusaha meringankan beban orangtuanya.
"Dia itu semi mandiri, kalau bisa meringankan orangtua daripada menyusahkan," tutur Dasrizal.
"Tapi kalau anak saya berutang pada pelaku, saya tidak yakin. Saya pastikan itu tidak benar," jelasnya.
Keluarga Curiga Pelaku Potong Tubuh Pakai Alat
Di balik kronologi kasus mutilasi di Padang Pariaman, keluarga korban curiga pelaku tidak memotong tubuh Dinda memakai parang, melainkan dengan alat canggih. Mereka curiga SJ memutilasi tubuh Dinda menggunakan mesin pemotong di pabrik tempatnya bekerja.
SJ diketahui bekerja sebagai seorang satpam di sebuah pabrik. Keluarga pun menduga SJ yang memiliki kebebasan akses di pabrik itu, kemungkinan memotong-motong jasad Dinda dengan alat pemotong di pabrik itu.
Kecurigaan keluarga ini berdasarkan kondisi jenazah korban. Menurut mereka, potongan tubuh korban terlihat sangat rapi, mustahil rasanya jika pelaku memotong menggunakan parang.
"Melihat model potongannya, tidak masuk logika (menggunakan parang). Bisa jadi menggunakan mesin," ungkap Donal, adik Dasrizal.
Asumsi keluarga ini pun menjadi daftar pernyataan yang harus dijawab pihak berwajib dalam pengungkapan kasus mutilasi Dinda.
2 Korban Lain
Fakta mengejutkan lainnya terungkap dari pengembangan kasus mutilasi di Padang Pariaman. Pelaku SJ mengaku telah membunuh 2 orang lainnya sebelum Dinda.
SJ mengaku telah membunuh 2 gadis lain, yakni Siska Oktavia Rusdi (23) dan Adek Gustiana (24) pada Januari 2024 silam. Pelaku membuang jasad kedua korban di sumur tua dekat rumahnya.
Penemuan jasad Siska dan Adek pun akhirnya menjawab pencarian keluarga korban selama lebih dari 1,5 tahun. Ya, kedua korban dilaporkan menghilang sejak Januari 2024 silam.
SJ sendiri diketahui merupakan kekasih dari korban Siska. Selama ini ia bahkan berhasil mengelabui keluarga korban hingga tak dicurigai sebagai pembunuh Siska.
Habisi nyawa 3 orang gadis, SJ otomatis menyandang gelar pembunuh berantai di Padang Pariaman. Polisi pun masih menyelidiki lebih dalam terkait motif pelaku melakukan pembunuhan dan mutilasi.
Dilansir dari KompasTV, dikabarkan sebelumnya potongan tubuh wanita ditemukan warga di aliran sungai Batang Anai, Padang Pariaman, Sumatra Barat, pada Selasa (17/6/2025). Mayat yang ditemukan tersebut tidak ada kepala, tangan dan kaki, serta alat kelamin.
"Mayat ini tidak ada kepala, kedua tangan dan kaki. Termasuk alat kelamin tidak ada," kata Kapolsek Batang Anai, Iptu Wadriadii, Selasa (17/6/2025).
Penemuan itu kemudian membawa polisi untuk melakukan penangkapan terhadap SJ di rumahnya, Batang Anai, pada Kamis (19/6/2025). Kini kasus pembunuhan ini tengah ditangani oleh Reskrim Polres Padang Pariaman.
Posting Komentar